Banyak ‘Setan’ Ganggu Proyek Kebanggaan Jokowi, Ini Kata Bahlil
Jakarta, Harian – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan, ada banyak “setan” yang menghambat perkembangan proyek pertambangan nikel kebanggaan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Bahlil mengatakan Indonesia kini berhasil menjadi negara dengan pasar nikel “terbesar” di dunia. Hal ini disebabkan keberhasilan penyulingan minyak dalam negeri. “Itu lagi. Ya, tapi bukannya tidak ada setan bapak ibu. Sekarang banyak setannya. Dari bahan bakunya, bukan turunan nikelnya, kita jadi yang terbesar di pasar dunia,” Bahlil dikatakan. .
Sementara itu, ia mengatakan salah satu “kejahatan” yang menghalangi terlaksananya proyek pengolahan nikel Indonesia adalah Indonesia “tersandung” dengan negara lain, terutama yang tergabung dalam Uni Eropa. Bahlil mengatakan Uni Eropa “merayu” Indonesia karena Indonesia mampu mengolah sumber daya mineral penting.
“Jadi ketika kita berhenti ekspor bijih nikel, ketika saya masih menjadi Menteri Investasi, itu adalah seruan yang paling populer dimana-mana. Uni Eropa menarik kami… Kami dirayu. Saya memeriksa mengapa mereka merawat kami seperti itu. Ternyata bapak dan ibu, “Nikel ini sekarang tergolong mineral kritis,” ujarnya.
Presiden Indonesia Jokowi diketahui kerap menyombongkan hasil “program kebanggaannya” atau dalam hal ini daur ulang nikel. Tercatat nilai ekspor hasil pengolahan meningkat signifikan.
Berdasarkan data yang disebutkan Presiden Jokowi, nilai ekspor pengolahan nikel Indonesia melonjak berkali-kali lipat, dari ekspor bijih nikel saja yang tadinya Rp33 triliun kini meningkat menjadi Rp510 triliun.
“Seperti yang disampaikan Menko Luhut Binsar Pandjaitan, saat ini nilai ekspor nikel kita sebesar US$34 miliar, dari sebelumnya Rp 33 triliun melonjak menjadi sekitar Rp 510 triliun,” kata Presiden Jokowi saat meresmikan baterai litium. Pabrik produksi material anoda milik PT Indonesia BTR New Energy Material di Kendal, Jawa Timur, Rabu (7 Juli 2024).
Diakui Jokowi, kebijakan menggalakkan pengolahan dan penghentian ekspor bijih nikel ke luar negeri menuai pro dan kontra. Diantaranya adalah klaim Uni Eropa (UE) terhadap Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“Dan kita kalah. Tapi saya katakan negara ini adalah negara yang berdaulat, kepentingan nasional adalah segalanya bagi kita. Tidak ada yang bisa mendikte kita,” jelas Jokowi.
Yang terpenting saat ini, menurut Jokowi, Indonesia sudah mulai mengembangkan industri sebagai ekosistem kendaraan listrik besar (EV). Oleh karena itu, impian untuk menciptakan ekosistem EV yang kuat dan terintegrasi mulai terwujud satu demi satu.
(pgr/pgr)
Artikel berikutnya
Proyek Kebanggaan Jokowi Bikin Durian Runtuh Rp 1,140 Triliun
Post Comment