BMKG Ingatkan RI Siaga I Petaka, Selalu Kejadian Sejak Tahun 2019
Jakarta, Harian – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem. Apa yang berpotensi terjadi pada bulan September-Oktober.
BMKG menyebutkan musim peralihan sudah dimulai. Dengan demikian, warga diharapkan mewaspadai perubahan kondisi cuaca dari musim kemarau ke musim hujan.
Katanya masa pancaroba adalah peralihan antar musim. Dari musim kemarau ke musim hujan dan sebaliknya.
“Peristiwa cuaca ekstrem mendominasi masa transisi,” tulis BMKG di akun Instagram resminya, dikutip Selasa (24 September 2024).
Hasil pemantauan BMKG menunjukkan mulai tahun 2019 terdapat kemungkinan peningkatan kejadian ekstrem pada masa transisi.
“Selama 5 tahun terakhir, peningkatan frekuensi kejadian ekstrem dimulai pada bulan September dan Oktober,” kata BMKG.
“Dengan bergantinya musim kemarau menjadi musim hujan, frekuensi kejadian cuaca ekstrem semakin meningkat,” tulis BMKG.
Peristiwa ekstrim yang diliput antara lain hujan lebat, angin kencang, dan angin puting beliung.
“Kondisi cuaca ekstrem, baik pada masa pancaroba, musim kemarau, maupun musim hujan, masih bisa membahayakan. Dalam satu kasus, kondisi cuaca ekstrem dapat berupa kombinasi lebih dari satu jenis kondisi cuaca ekstrem,” jelas BMKG.
Dijelaskan, curah hujan yang tinggi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.
Demikian pula, angin kencang dengan kecepatan di atas 25 knot atau 45 km/jam bersifat merusak atau merusak.
Sedangkan puting beliung berbentuk pusaran angin kencang yang kecepatannya bisa mencapai 180 km/jam. Dan menyebabkan kerusakan pada bangunan.
BMKG mengimbau Anda melakukan 5 langkah persiapan menghadapi kondisi cuaca ekstrem:
1. Waspadai kemungkinan penyebab ekstrim dan dampaknya terhadap lingkungan sekitar tempat tinggal Anda.
2. Membersihkan habitat untuk mengurangi paparan kondisi cuaca ekstrem seperti banjir.
3. Pangkas dahan pohon yang tua atau rapuh agar pohon tidak tumbang jika terkena angin kencang.
4. Hindari berdiri di bawah pohon besar atau baliho/papan/tiang karena dapat terjatuh.
5. Berlindung dan melakukan aktivitas di dalam ruangan saat cuaca ekstrem mungkin terjadi.
Foto: Peringatan Dini Kekeringan Meteorologi. (Dok. BMKG)
Peringatan dini kekeringan meteorologi. (Dok. BMKG)
|
Puncak musim hujan pada tahun 2024
BMKG menyebut musim hujan di Indonesia tidak mencapai puncaknya pada waktu yang bersamaan. Dimana puncak musim hujan di wilayah Indonesia bagian barat diperkirakan terjadi pada November-Desember 2024.
Berdasarkan analisis BMKG terhadap perkembangan musim hujan di Indonesia pada tanggal 2 September 2024, saat ini 20% wilayah musiman (ZoM) di Indonesia berada pada musim hujan.
Daerah yang sedang mengalami musim hujan antara lain Aceh, Sumatera Utara, sebagian Sumatera Barat, sebagian Riau, sebagian Jambi, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Sulawesi Utara, Maluku Utara, sebagian Maluku, Papua Barat, dan sebagian Papua.
Menurut Plt. Kepala BMKG Dwikorita Karnavati mengatakan, puncak musim hujan pada November-Desember 2024 terjadi di 303 zona musim atau 43,4% dari total zona musim yang meliputi Pulau Sumatera, Pantai Selatan Jawa, dan Kalimantan.
Sementara itu, 250 zona musiman atau 35,8% zona musiman diperkirakan mengalami puncak musim hujan pada Januari-Februari 2025. Diantaranya adalah Lampung, Jawa Utara, sebagian kecil Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB). ), Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sebagian besar Papua.
[Gambas:Instagram]
(dse/dse)
Artikel selanjutnya
Dengan hati-hati! BMKG memperingatkan Jakarta akan mengalami hujan lebat sepanjang pekan ini
Post Comment