BMKG Warning Gempa Megathrust RI Hanya Tunggu Waktu, Cek Zona Merahnya



peta-megathrust-ancam-ri_169 BMKG Warning Gempa Megathrust RI Hanya Tunggu Waktu, Cek Zona Merahnya




Jakarta, Harian – Gempa bumi besar akhir-akhir ini menjadi isu yang ramai diperbincangkan di kalangan masyarakat Indonesia.

Masalah ini muncul setelah gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,1 skala Richter (SR) terjadi pada 8 Agustus di Pulau Kyushu, Jepang.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dareno mengingatkan adanya gempa dari dua zona megathrustyakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut, tinggal menunggu waktu saja.

Pasalnya, kedua zona tersebut sudah lama tidak mengalami gempa atau seismik pecah, yakni lebih dari dua abad. Biasanya, gempa bumi besar memiliki siklus yang berlangsung selama ratusan tahun.

Namun BMKG sendiri belum bisa memastikan kapan bencana ini terjadi. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya terus membahas masalah tersebut agar masyarakat siap menghadapi dampak mega gempa yang terjadi di Indonesia.

“Sebenarnya permasalahan megathrust bukanlah hal baru. Ini merupakan permasalahan yang sudah ada sejak lama. Tapi kenapa BMKG dan beberapa ahli memperingatkan? Tujuannya, “ayo, jangan hanya sekedar bicara, segera lakukan mitigasi (aksi mitigasi bencana),” kata Dwikorita, seperti dikutip dari Antara. CNN IndonesiaSabtu (26/10/2024).

“Jadi tujuannya ada: mitigasi dan edukasi, persiapan, kesiapsiagaan,” imbuhnya.

Dwikorita melanjutkan, pihaknya telah melakukan berbagai langkah untuk mengantisipasi mega mogok tersebut. Pertama-tama tempatkan sensor Sistem Peringatan Dini Tsunami InaTEWS menghadap zona. megathrust.

“InaTEWS sengaja dipasang untuk mengatasi megathrust. BMKG awalnya dirancang untuk memerangi dan memitigasi megathrust,” jelas Dwi.

Kedua, mendidik komunitas lokal dan internasional. Salah satu bentuk spesifiknya adalah membantu pemerintah daerah (Pemda) menyiapkan berbagai infrastruktur mitigasi, seperti jalur evakuasi, sistem peringatan dini, dan shelter tsunami.

Ia juga bergabung dengan Pusat Informasi Tsunami Samudera Hindia yang juga berkantor di kompleks BMKG. Tujuan dari komunitas ini adalah untuk melatih 25 negara di Samudera Hindia tentang cara menghadapi gempa bumi dan tsunami.

“Kami mengedukasi masyarakat bagaimana mempersiapkan masyarakat dan pemerintah daerah ketika terjadi gempa besar dan menimbulkan tsunami,” ujarnya.

Ketiga, memeriksa secara berkala sistem peringatan dini yang diberikan kepada pemerintah daerah.

“Putri Duyung” [peringatan tsunami] Seharusnya itu tanggung jawab pemerintah daerah, hibah dari BNPB, hibah dari BMKG, tapi isinya dari pemerintah daerah, ini otonomi daerah. Ternyata kami selalu mengecek sirene pada tanggal 26. [tiap bulan]Kebanyakan bunyinya, tapi ada kemacetan,” ujarnya.

Keempat, menyebarluaskan peringatan dini bencana alam. Kalau masyarakat mau bersiap, berarti harus ada sosialisasi, kata Dwi. “Cominfo membantu kami,” tutupnya.

(menetas/menetas)

Tonton videonya di bawah ini:

Video: BMKG Sebut Megaquake 'Hanya Waktu Tunggu'



Artikel selanjutnya

Gempa berkekuatan 5,9 SR mengguncang Aceh, berikut jenis dan penyebabnya


Post Comment