Bukan China-Iran, AS Waspadai Kekuatan Nuklir Negara Muslim Asia Ini
Jakarta, Harian – Pakistan disebut-sebut sedang mengembangkan rudal balistik jarak jauh yang mampu menjangkau seluruh negara di Asia Selatan. Hal tersebut disampaikan Wakil Penasihat Keamanan Nasional John Feiner pada forum Carnegie Endowment for International Peace pada Kamis (19/12/2024).
Dalam laporan ReutersFiner mengatakan Islamabad, yang memiliki hulu ledak nuklir, sudah memiliki teknologi rudal yang efektif. Negara ini bahkan disinyalir akan segera melakukan tes.
“Pakistan memperkenalkan teknologi rudal yang semakin canggih, mulai dari sistem rudal balistik jarak jauh hingga peralatan yang memungkinkannya menguji mesin roket yang jauh lebih kuat,” katanya.
Jika tren ini terus berlanjut, kata Feiner, Pakistan akan memiliki kemampuan untuk menyerang sasaran jauh di luar Asia Selatan, termasuk Amerika Serikat.
“Jumlah negara yang memiliki senjata nuklir dan rudal yang dapat mencapai Amerika Serikat sangat sedikit dan cenderung bermusuhan,” lanjutnya sambil menyebut Rusia, Korea Utara, dan Tiongkok.
“Jadi, sejujurnya, kami merasa sulit untuk melihat tindakan Pakistan selain sebagai ancaman terhadap Amerika Serikat.”
Pengungkapan Feiner menyoroti memburuknya hubungan antara Washington dan Islamabad setelah penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada tahun 2021.
Hal ini juga menimbulkan pertanyaan apakah Pakistan telah memfokuskan kembali program senjata nuklir dan rudal balistiknya, yang telah lama dimaksudkan untuk melawan tujuan India, yang telah berperang tiga kali dengan Pakistan sejak tahun 1947.
Pidato Feiner juga disampaikan sehari setelah Washington mengumumkan sanksi baru terkait program rudal balistik Pakistan, termasuk untuk pertama kalinya terhadap badan pertahanan pemerintah yang mengawasi program tersebut.
Islamabad sendiri memandang program senjata nuklir dan rudal balistiknya sebagai pencegah agresi India dan dimaksudkan untuk menjaga stabilitas kawasan. Dua pejabat senior pemerintah, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan kekhawatiran AS mengenai program rudal Pakistan sudah berlangsung lama dan terkait dengan ukuran mesin roket yang sedang dikembangkan.
“Ancaman terhadap AS masih sepuluh tahun lagi,” kata seorang pejabat.
“Komentar Feiner dimaksudkan untuk memberikan tekanan pada para pejabat Pakistan untuk mendiskusikan mengapa mereka mengembangkan mesin roket yang lebih kuat, namun mereka menolak melakukannya,” tambah pejabat itu.
“Mereka tidak mengakui kekhawatiran kami. Mereka bilang kami orang normal. “Para pejabat Pakistan secara keliru menyiratkan bahwa sanksi AS terhadap program rudal mereka dimaksudkan untuk menghalangi kemampuan mereka mempertahankan diri melawan India.”
Feiner termasuk di antara para pejabat senior AS yang menurutnya telah berulang kali menyampaikan kekhawatiran mengenai program rudal tersebut kepada para pejabat senior Pakistan. Namun, tidak ada hasilnya.
“Washington dan Islamabad adalah mitra lama dalam pembangunan, kontraterorisme dan keamanan,” katanya.
“Hal ini membuat kita semakin mempertanyakan mengapa Pakistan tertarik mengembangkan kemampuan yang dapat digunakan untuk melawan kita.”
Pakistan mengkritik hubungan hangat yang dibangun Presiden AS Joe Biden dengan musuh bebuyutannya, India. Islamabad kemudian menjalin hubungan dekat dengan Tiongkok. Beberapa perusahaan Tiongkok juga telah dikenakan sanksi oleh AS karena memasok rudal balistik ke Islamabad.
Pakistan melakukan uji coba senjata nuklir pertamanya pada tahun 1998, lebih dari 20 tahun setelah uji coba pertama India. Negara ini telah membangun gudang senjata rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
Organisasi penelitian Bulletin of American Scientist memperkirakan Pakistan memiliki persediaan sekitar 170 hulu ledak.
Hubungan antara AS dan Pakistan mengalami pasang surut, termasuk hubungan erat pada Perang Dingin ketika mereka mendukung pemberontak Afghanistan melawan pendudukan Soviet di Afghanistan pada tahun 1979-89.
Pakistan juga merupakan mitra utama dalam perang AS melawan al-Qaeda setelah serangan 11 September 2001. Negara ini telah menjadi sekutu utama non-NATO sejak tahun 2004.
Namun hubungan kedua negara juga dirusak oleh kudeta militer Pakistan, dukungannya terhadap pemerintahan Taliban pada tahun 1996-2001, dan program senjata nuklirnya.
“Bagi seorang pejabat senior AS yang secara terbuka mengaitkan kekhawatiran mengenai proliferasi senjata pemusnah massal di Pakistan dengan ancaman langsung terhadap tanah air AS di masa depan adalah perkembangan yang sangat dramatis,” kata Michael Kugelman dari lembaga pemikir Wilson Center.
(menetas/menetas)
Artikel berikutnya
Video: Pria Pakistan didakwa berencana membunuh pemimpin AS
Post Comment