Data Terbaru! Makan Tabungan Kelas Menengah Kian Parah
Banten, Harian– Data tim ekonom Bank Mandiri menunjukkan kondisi konsumsi tabungan atau “mantab” masyarakat kelas menengah akan memburuk pada pertengahan tahun 2024. Hemat pangan adalah sebutan bagi masyarakat yang menggunakan tabungannya untuk kebutuhan sehari-hari.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andri Asmoro menjelaskan, pada awal tahun 2024, rasio tabungan nasabah kelas menengah masih berada di angka 99. Namun, tingkat tabungan terus menurun hingga mencapai 94,8 pada Juli 2024.
Kondisi tabungan pada tahun 2024 juga akan lebih buruk dibandingkan tahun 2023. Tahun lalu, angka tabungan kelompok kelas menengah masih di atas 100.
Untuk titik tengah, awalnya relatif stabil di angka 99, namun mulai turun sejak awal tahun, kata Andri saat berbicara kepada media di Anyer, Serang, Banten, dikutip Jumat (27/9). /2024).
Sebagai informasi, data yang disampaikan Andri diambil dari Mandiri Expenditure Index (MSI) dan data tabungan nasabah Bank Mandiri. Yang Andri sebut sebagai kelompok menengah adalah mereka yang bekerja di sektor formal, seperti pegawai tetap.
Andry mengatakan, kondisi stabil yang dialami masyarakat kelas menengah berbeda dengan kondisi masyarakat kelas bawah dan atas. Kekayaan tabungan kelas bawah sebenarnya telah meningkat sejak awal tahun 2024, dari tahun 40an menjadi 47,9 pada pertengahan tahun.
Andriy mengatakan, peningkatan tabungan masyarakat bawah terjadi karena besarnya volume bantuan sosial pada awal tahun 2024. “Jadi bansos benar-benar berpengaruh, mereka sudah mulai pulih.”
Andriy melanjutkan, kelas atas berada pada posisi yang lebih baik lagi.Tabungan mereka meningkat pesat sejak awal tahun 2024, dari di bawah 100 menjadi 106,2 pada bulan Juli 2024.
Ia mengatakan, masyarakat kelas menengahlah yang masih mempunyai daya beli tinggi. Andri mengatakan keadaan tabungan kelompok menjadi penyebabnya.Fenomena konser tetap populer meski daya beli masyarakat sedang tertekan.
“Tabungan masyarakat kelas menengah dan atas telah melonjak! Ini menjelaskan kenapa daya beli turun, tapi di setiap konser, penawaran tiket jadi gila-gilaan,” ujarnya.
Kepala Bagian Ekonomi Bank Permata Josua Pardede mengatakan fenomena penghematan pangan terjadi ketika pengeluaran meningkat lebih cepat dibandingkan pendapatan seseorang. Menurut dia, solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan memperlambat tingkat belanja atau meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat.
Pemerintah yang mengendalikan inflasi harga, terutama harga pangan, dapat memperlambat pertumbuhan belanja. Pelayanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan juga harus terjamin bagi masyarakat, ujarnya.
Sekaligus menjaga harga, Josua meminta pemerintah memperbanyak lapangan kerja di sektor formal.“Karena jika terlalu banyak orang di sektor informal yang bekerja paruh waktu, maka upah mereka tidak akan lebih tinggi dibandingkan mereka yang bekerja di sektor formal,” ujarnya.
(RSA/saya)
Artikel selanjutnya
Situasi terkini di RI: keamanan kelas atas, penderitaan kelas menengah bawah
Post Comment