Kereta Tanpa Rel China Bisa Dipakai di IKN, Tapi Syaratnya Ini
Jakarta, Harian – Kantor Ibu Kota Kepulauan (OIKN) mengklarifikasi, kereta tanpa rel atau Autonomous Rail Transit (ART) produksi China Railway Rolling Stock Corporation (CRRC) belum diuji coba. Transportasi massal yang dianggap rumit ini akan segera dikembalikan ke China.
Salah satu penyebabnya adalah evaluasi Proof of Concept (PoC) menemukan sistem otonom trem otonom masih belum berfungsi dengan baik.
“Hasil penilaian PoC menunjukkan sistem otonom trem otonom tidak berfungsi dengan baik,” kata Mohamed Ali Berawi, Deputi Bidang Lingkungan Hidup dan Transformasi Digital Direktorat IKN, kepada Harian, Minggu (17/11/2024).
Mengutip klarifikasi OIKN, penilaian PoC dilakukan di Kawasan Pusat Pemerintahan Nusantara (KIPP) dengan dua jalur pengujian meliputi wilayah sekitar Kemenko 1-4 dan Jalan Sumbu Kebangsaan Barat dan Timur. Pengujian dilakukan pada jalur khusus dengan lalu lintas campuran, di mana anggota keluarga berbagi jalan dengan kendaraan lain.
Meski kondisi tapak masih dalam tahap renovasi, namun tim penilai PoC telah menyelesaikan penilaian dengan mempertimbangkan aspek keselamatan dan rute jalan yang memungkinkan untuk dilakukan penilaian uji coba. Berdasarkan hasil evaluasi, tim evaluasi PoC menyimpulkan bahwa teknologi otonom ART direkomendasikan untuk digunakan di Indonesia pada angkutan umum, dengan syarat dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan lebih lanjut terhadap teknologi tersebut.
Foto: Kementerian Perhubungan menyatakan fasilitas angkutan kereta api otonom (ART) siap diuji coba di Ibu Kota Negara (IKN). (Dok. Kementerian Perhubungan)
Kementerian Perhubungan menyatakan fasilitas angkutan kereta api otonom (ART) siap diuji coba di Ibu Kota Negara Republik Indonesia (IKN). (dok. Kementerian Perhubungan)
|
Hal ini diperlukan untuk mencapai pengoperasian sistem otonom yang optimal sesuai dengan standar yang dipersyaratkan, karena sistem otonom mungkin belum dapat beroperasi. Kinerja ART dalam aktivitas PoC dalam kondisi lingkungan saat ini di IKN tidak menunjukkan sistem kendali otonom yang kuat seperti yang ditunjukkan di fasilitas serupa di Tiongkok.
Rekomendasi dari evaluasi juga mencakup perlunya meningkatkan kinerja trem otonom, meningkatkan fitur adaptif dan keselamatan dalam situasi lalu lintas campuran, dan meningkatkan sistem komunikasi untuk memenuhi persyaratan keamanan siber di IKN.
Berdasarkan hasil penilaian PoC, pengadaan dan pemilihan teknologi di IKN akan dinilai berdasarkan 4 penilaian utama, yaitu: kualitas dan keandalan teknologi, kompatibilitas sistem, value for money, transfer pengetahuan dan teknologi, jelasnya.
Sekadar informasi, kegiatan penilaian PoC ini didukung oleh tim penilai independen yang terdiri dari para ahli di bidang teknologi transportasi dan sistem penggerak otonom dari tiga universitas, asosiasi profesi, dan praktisi profesional di Indonesia.
Kelompok ini dipimpin oleh Prof. Dokter Ir. Sigit Pranovo bersama Prof. Dokter Bahasa Inggris Benyamin Kusumoputro dan Prof. Doktor Ilmu Teknik. Nandi Setiadi Jaya Putra dari Universitas Indonesia, Prof. Dokter Ir. Bambang Riyanto Trilaksono dari Institut Teknologi Bandung, Prof. Dr.Tek. Ir. Danang Parikesit dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Nasrullah Armi dari Pusat Kajian Telekomunikasi Badan Riset dan Inovasi Nasional, Aditya Dwi Laksana dari Forum Jalan dan Kereta Api Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) dan Yanto Yulianto dari Institute of Railway Communications Engineers (IRSE). Tim ini memastikan kegiatan monitoring, evaluasi, dan evaluasi dilakukan secara objektif sesuai kebutuhan dan kesiapan ekosistem IKN. Penilaian PoC akan berlangsung mulai 10 September hingga 22 Oktober 2024.
Sesuai dengan pembahasan antara OIKN dengan antar kementerian dan lembaga (K/L) dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2024 tentang mendukung percepatan pengujian dan pengoperasian (proof of Concept) trem otonom di Ibu Kota. nusantara, OIKN bertanggung jawab atas pelaksanaan dan evaluasi kereta api trackless ke IKN. Melihat kinerja kereta yang kurang baik, pihaknya akan meminta Norinco mengembalikan kereta tersebut ke China.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Perhubungan Budi Rahardjo menambahkan, konsep transportasi di Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia ini ramah lingkungan dan futuristik. Oleh karena itu, ART menjadi salah satu alternatif yang bisa dicoba di IKN karena menerapkan konsep transportasi ramah lingkungan, berkelanjutan, dan berteknologi tinggi.
“ART dijalankan dengan baterai. Hasilnya, kendaraan ini dapat meminimalkan emisi gas rumah kaca dan penggunaan energi fosil,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (13/11/2024).
Untuk itu, Kementerian Perhubungan menggalakkan tes ART sebagai metode alternatif di IKN. Terkait litigasi tersebut, yang menjadi pelaksana Nota Kesepahaman adalah badan IKN dengan pemasok yaitu Norinco dengan partisipasi CRRC Qindao Sifang. Oleh karena itu, pihak yang menilai apakah ART ini layak dan sesuai dengan kebutuhan IKN adalah Pengurus IKN.
“Seperti kita ketahui, setelah dilakukan pengujian selama kurang lebih dua bulan, Kantor IKN (OIKN) melakukan asesmen. Hasil evaluasi dan evaluasi OIKN menunjukkan kereta api trackless khususnya sistem otonom tidak dapat berfungsi normal di IKN. Menurut kami: “Kita semua sepakat bahwa untuk IKN kita mencari yang terbaik. Apabila ART ternyata tidak memenuhi standar penilaian OIKN, tidak masalah karena negara tidak dirugikan. Sebab ini adalah sebuah ujian. Penyedia ART bertanggung jawab atas pembiayaannya,” tutupnya.
(untuk)
Artikel selanjutnya
Mobil trackless IKN akan dikembalikan ke China: teknologinya bermasalah?
Post Comment