Percepat Transisi Energi, Pertamina Perkuat Bisnis Rendah Karbon
Jakarta, Harian – PT Pertamina (Persero) memperkuat bisnis rendah karbon untuk mendukung tujuan transisi energi yang digalakkan pemerintah Indonesia. Upaya tersebut juga memperkuat bisnis Pertamina yang terus mengedepankan kemajuan inovasi dan teknologi untuk mengurangi emisi dari proses bisnisnya.
Utusan Khusus Indonesia untuk COP29, Hashim Jojohadikusumo menjelaskan, pemerintah mendukung penuh BUMN dalam melanjutkan upaya mencapai tujuan transisi energi. Hashim menekankan pentingnya kerja sama global dalam memerangi perubahan iklim.
“Kami berada di sini dengan satu tujuan, yaitu menyelamatkan planet ini untuk generasi mendatang. Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, Indonesia berkomitmen penuh untuk mempercepat transisi energi nasional, tidak hanya untuk menurunkan emisi tetapi juga untuk menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. dan kelestarian lingkungan,” kata Hashim dalam keterangan resmi, Selasa (12/11/2024).
CEO Pertamina New and Renewable Energy (PNRE) John Anis dalam paparannya di hari pertama COP29 menyoroti komitmen Pertamina dalam mendukung dekarbonisasi di Indonesia dan mempercepat pencapaian target NZE tahun 2060. Pertamina telah mengembangkan inisiatif energi bersih.
“Pertamina mendapat mandat kuat dari pemerintah untuk menjadi penggerak bisnis rendah karbon dan dekarbonisasi di Indonesia. Ini bukan tugas yang mudah, namun kami telah mulai mengambil langkah nyata untuk memajukan investasi pada bisnis rendah karbon dan rendah emisi serta memperkuat bisnis lama demi bumi yang lebih bersih,” kata John Anis.
Hingga saat ini, Pertamina telah menurunkan emisi hingga 8,5 juta ton CO2 dari emisi Scope 1 dan 2 sejak tahun 2010 dan berencana untuk terus meningkatkannya melalui kolaborasi dan inovasi teknologi. Pencapaian ini merupakan hasil pengembangan biofuel, energi panas bumi, dan teknologi rendah karbon seperti CCS dan CCUS.
Dia menjelaskan, Pertamina terus mengembangkan portofolio energi terbarukan, termasuk bioetanol, serta mengembangkan baterai untuk kendaraan listrik dan ekosistem pengisian daya untuk sepeda motor roda dua.
“Kami juga memiliki potensi besar di sektor panas bumi, dengan kapasitas terpasang saat ini mencapai 672 MW dan anak perusahaan kami PGE terus mendorong peningkatan kapasitas terpasang menjadi 1,4 GW pada tahun 2029. Kami yakin energi panas bumi akan menjadi pilar penting dalam sektor energi. transisi,” tambah John Anis.
Di sektor hidrogen, Pertamina berupaya menekan biaya produksi melalui inovasi teknologi, termasuk optimalisasi penggunaan listrik pada proses elektrolisis yang diharapkan mampu menekan biaya hingga 30%.
“Mudah-mudahan tahun depan teknologi ini bisa diterapkan dan memungkinkan kita memproduksi hidrogen ramah lingkungan dengan harga yang lebih terjangkau,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan transisi energi secara keseluruhan kini memerlukan dukungan akses keuangan yang inklusif dan dukungan semua pihak.
“Untuk mencapai transisi ini kita tidak bisa sendirian, kolaborasi sangat penting, maka perlu dukungan dari pemerintah, termasuk insentif yang dapat mendorong investasi energi terbarukan dan rendah karbon,” pungkas John Anis.
(dpu/dpu)
Artikel selanjutnya
Pertamina sukses menerapkan program Unlock Value, ini buktinya.
Post Comment