Siaga PD 3 Pindah ke ‘Halaman Depan’ RI, Tanda Baru Dibuat China
Jakarta, Harian – Beberapa kapal Tiongkok berkumpul di pos terdepan Filipina di Laut Cina Selatan (SCS), Pulau Thitu, pada Kamis. Hal ini terjadi seiring kedua negara terus berselisih di perairan tersebut.
Kutipan Reuters, Pada Jumat (29/11/2024), sekitar 60 kapal terlihat dalam satu gambar yang diambil Maxar Technologies. Beberapa di antaranya bahkan berada dalam jarak 2 mil laut dari Thitu.
Baik Manila, Pentagon maupun diplomat asing mengatakan kapal-kapal tersebut bekerja sama dengan penjaga pantai dan angkatan laut Tiongkok untuk meningkatkan kehadiran Beijing di perairan yang disengketakan. Namun, juru bicara LCS Angkatan Laut Filipina Laksamana Muda Roy Trinidad mengatakan hal ini tidak perlu dikhawatirkan.
“Tidak ada yang salah dengan itu. Kita tidak perlu membaca setiap tindakan dan bereaksi terhadapnya. Penting bagi kita untuk menjaga semangat,” ujarnya.
Trinidad kemudian mengatakan Manila mengetahui lokasi kapal-kapal tersebut, yang disebutnya sebagai “kehadiran ilegal”. Diketahui bahwa ini adalah kapal penangkap ikan.
“Thitu dekat dengan pangkalan angkatan laut dan landasan udara Tiongkok di Subi Reef, yang terkadang berfungsi sebagai pelabuhan bagi sejumlah besar kapal milisi maritim Tiongkok,” tambah Trinidad.
Pulau Thitu, disebut Pag-Asa di Filipina, adalah Pulau Manila terbesar dan terpenting di LCS. Pulau ini adalah tempat Manila dapat mengamati kapal dan pesawat Tiongkok di jalur perairan yang sibuk.
Pulau ini sendiri terletak dalam 9 garis putus-putus Tiongkok, yang tidak memiliki dasar hukum internasional permanen seperti yang diputuskan oleh Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag pada tahun 2016. Namun, Beijing terus melakukan sejumlah langkah perluasan wilayah di wilayah tersebut.
Hal ini menjadi titik konflik antara Tiongkok, Filipina, bahkan Vietnam dan Malaysia. Namun konflik yang menjadi serius dalam beberapa waktu terakhir ini hanya berdampak pada Manila saja, dimana konflik terkini mencakup insiden bentrokan dan bentrokan antara Penjaga Pantai Tiongkok dengan kapal dan kapal nelayan Filipina, khususnya di Scarborough dan Second Thomas Shoal.
Peneliti keamanan yang berbasis di Singapura Collin Koh mengatakan Beijing mungkin sedang menguji tanggapan Manila pada saat terjadi ketegangan politik dalam negeri di Filipina.
Wakil Presiden Filipina Sara Duterte pada hari Rabu menuduh Presiden Ferdinand Marcos Jr. mencoba memecatnya dari jabatannya setelah polisi nasional mengajukan pengaduan resmi yang menuduhnya melakukan penyerangan dan pemaksaan.
“Masalah ini perlu diatasi dalam beberapa hari ke depan. Jika ketidakstabilan politik terus berlanjut, Tiongkok berharap dapat menunda pekerjaan konstruksi Filipina di pulau tersebut,” kata Koh, yang juga kepala Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam di Singapura.
Sebelumnya, profesor Universitas Tennessee Krista Wigand mengatakan bahwa saling klaim atas kendali LCS bisa menjadi “bom waktu” yang bisa memicu Perang Dunia III (WW3). Tindakan Tiongkok untuk mengklaim wilayah tersebut, katanya, telah menimbulkan perselisihan dengan banyak negara ASEAN dan mendorong Amerika Serikat dan negara-negara sahabatnya untuk bergabung.
(bos/bos)
Artikel berikutnya
China dan Rusia tiba-tiba melepaskan tembakan di dekat Indonesia, apa yang terjadi?
Post Comment