Soal Impor Nikel ke Negara Tetangga, ESDM: Tidak Ada Masalah



0be134ad-8566-4959-a220-cd816b991c08_169 Soal Impor Nikel ke Negara Tetangga, ESDM: Tidak Ada Masalah




Bali, Harian – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bisnis impor nikel perseroan tidak mengalami kendala. Alasannya adalah terjaganya cadangan nikel di Indonesia.

Hal tersebut diumumkan langsung oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirien Minerba) Kementerian ESDM Tri Vinarno. Dia mengatakan, aktivitas impor nikel sebenarnya bisa menunjang pasokan nikel dalam negeri.

“Jadi impor tidak ada masalah, stok bisa dijaga,” jelasnya saat bertemu di sela-sela ASEAN Mining Conference (AMC) 2024 di Meru Sanur, Bali, seperti dikutip Selasa (19/11/2024). . .

Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, cadangan bijih nikel Indonesia merupakan cadangan terbesar di dunia dan mencapai 42,1% dari total cadangan dunia. Disusul Australia dengan pangsa 18,4%, Brazil 12,2%, Rusia 6,4%, Kaledonia Baru 5,4%, Filipina 3,7%, China 3,2% dan sisanya negara lainnya.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Yuliot Tanjung menegaskan impor nikel ke Indonesia dilakukan sebagai bagian dari strategi bisnis industri dalam negeri. “Jadi menurut saya ini strategi bisnis soal impor,” jelas Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung saat ditemui di sela-sela ASEAN Mining Conference (AMC) 2024 di Meru Sanur, Bali, Senin (18/11). . 2024).

Huliot menambahkan, impor nikel yang terus dilakukan sebenarnya dapat memperpanjang masa manfaat cadangan nikel yang ada di negara tersebut.

“Jadi ketika mereka mendapatkan sumber daya yang ada, mereka tidak menggunakan sumber daya internal, melainkan kita menggunakan sumber daya internal dalam jangka waktu yang lama,” imbuhnya.

Beberapa waktu lalu, fakta impor bijih nikel ke Indonesia mulai terungkap. PT Kalimantan Ferro Industry (KFI) mengaku harus mengimpor bijih nikel dari negara lain, khususnya Filipina.

Hal itu dilakukan untuk menjamin kelangsungan operasional pabrik baja milik perseroan yang berlokasi di Desa Penkerja, Sanga Sanga, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Direktur Utama PT Nityasa Prima selaku konsorsium PT KFI, Ferro Industry, Muhammad Ardi Soemargo menduga impor bijih nikel tersebut disebabkan kurangnya pasokan bahan baku di dalam negeri akibat tertundanya persetujuan pekerjaan perusahaan tambang tersebut. . Rencana dan Anggaran (RCAB).

“Kalau bapak bilang kenapa kita ambil dari Filipina, karena ada tambang yang tidak punya RCAB, kalau tambangnya tidak punya RCAB, maka kita tidak bisa membeli,” ujarnya pada RDPU bersama Komisi VII DPR. DPR RI pada Senin. (08/07/2024).

Di sisi lain, pihaknya juga harus menjamin kelangsungan pabrik metalurgi tersebut. Sedangkan 1.400 pekerjanya bergantung pada pabrik baja tersebut untuk penghidupannya.

“Tadi ketika saya lapor ke Ketua tentang keberadaan nikel yang berasal dari Filipina, beliau mengatakan bahwa kami hanya mendatangkan nikel Filipina, hanya 1 kapal pak, sekitar 51 ribu, dan posisi kami hanya membantu menambah barang atau nikel. .ore yang sekarang pasokannya terbatas pak,” imbuhnya.

(pgr/pgr)

Tonton videonya di bawah ini:

Indonesia vs Jepang: Peta Serangan Nuklir Rusia ke Inggris



Artikel selanjutnya

Perusahaan logam ini mengaku mengimpor 51.000 ton bijih nikel dari Filipina


Post Comment