Ternyata Pesawat Mempercepat Kiamat Bumi, Ini Buktinya
Jakarta, Harian – Fenomena perubahan iklim terus menjadi fokus perhatian para ahli lingkungan hidup. Para peneliti terus mencari sejumlah faktor penyebab fenomena yang membuat bumi semakin panas.
Dari penemuan tersebut, para ilmuwan menemukan bahwa garis kondensasi pesawat atau biasa disebut contrails ternyata juga berdampak besar terhadap lingkungan. Jejak kondensasi, yang diklasifikasikan sebagai emisi non-CO2 dari pesawat, menjadi subjek simposium Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO).
Contrails adalah awan yang terbentuk di ketinggian di daerah dingin dan basah yang disebut daerah kaya es (ISSRs). Ketika bahan bakar jet terbakar di dalam mesin, uap air mengembun pada partikel jelaga, membentuk kristal es.
Kristal es yang cukup mulai membentuk awan cirrus. Setelah terbentuk, awan putih ini akan mengikuti pesawat saat melintasi langit.
“Jejak ini menangkap sebagian panas yang naik dari bumi pada malam hari, mencegahnya dipancarkan kembali dari atmosfer dan bertindak sebagai gas rumah kaca yang menghangatkan,” jelas Donald Wuebbles, seorang profesor di Universitas Illinois. AFPKamis (26/09/2024).
“Jejak kondensasi yang bertahan di langit selama beberapa menit tidak terlalu mengkhawatirkan. Namun jika terbentuk pada malam hari, mungkin akan bertahan lebih lama, dan pada malam hari dapat menimbulkan efek pemanasan,” ujarnya.
“Apa dampaknya? Emisi non-CO2 dapat menyebabkan hingga dua pertiga dampak pemanasan global akibat penerbangan, sehingga memberi Anda gambaran betapa pentingnya hal ini untuk dipertimbangkan.”
Jejak kondensasi dapat menyebabkan hingga 57% dampak pemanasan global pada penerbangan, lebih besar daripada emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar, menurut sebuah studi pada tahun 2021. Namun, emisi ini hanya berumur pendek jika dibandingkan dengan emisi CO2, dan dampaknya terhadap pemanasan global dapat menurun dengan cepat.
Namun tidak semua penerbangan meninggalkan jejak. Hal ini mungkin bergantung pada kondisi cuaca dan jalur penerbangan pesawat.
Misalnya, di Air France, hanya 4% penerbangannya yang menyebabkan sekitar 80% dampak kondensasi terhadap pemanasan global. Diketahui bahwa pilot maskapai penerbangan melakukan lebih dari 3.000 observasi selama 18 bulan untuk menghindari terbang di daerah yang berisiko akibat cuaca.
“Risiko utamanya adalah jika Anda menghindari area tertentu, Anda mungkin akan terbang ke sana karena cuacanya sedikit berbeda dari perkiraan,” kata juru bicara Air France Irene Boyer-Suchet.
Sebuah laporan dari Universitas Cambridge mengatakan percepatan penerapan sistem mitigasi kondensasi global dapat mengurangi dampak iklim penerbangan hingga 40%. Namun, Boyer-Suchet mengatakan penerapan langkah-langkah untuk mencegah tanda kondensasi akan menjadi lebih sulit di masa depan.
“Namun, semakin banyak penerbangan di udara, semakin sulit penerapan sistem seperti itu,” ujarnya.
(bos/bos)
Artikel berikutnya
Pesawat Boeing tergelincir dari landasan pacu di bandara Senegal, melukai 11 orang
Post Comment