Terungkap, Perempuan & Milenial Makin Banyak Ambil KPR Rumah Sendiri



suasana-proyek-pembangunan-perumahan-di-depok-jawa-barat-rabu-1722021-harga-hunian-rumah-hunian-masih-menunjukkan-kenaikan-pad-14_169 Terungkap, Perempuan & Milenial Makin Banyak Ambil KPR Rumah Sendiri




Jakarta, Harian – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) melaporkan sejak tahun 1976 hingga saat ini telah menyalurkan 5,5 juta KPR bersubsidi dan tidak bersubsidi baik melalui KPR konvensional maupun pembiayaan syariah.

Direktur Utama dan Direktur BTN Nixon L.P. Napitupulu mengatakan, penerima KPR semakin banyak mencakup generasi milenial, perempuan, dan pekerja sektor informal.

Selain itu, Nixon menjelaskan bahwa tren pinjaman hipotek di kalangan perempuan semakin meningkat, dengan kontribusi mereka mencapai 35,5% dari total jumlah kontrak dalam program Sejuta Rumah. Sedangkan kontribusi generasi milenial yang membeli rumah pertamanya menyumbang 76,7% dari total pangsa.

“Kami melihat tren jumlah KPR yang diambil oleh perempuan semakin meningkat setiap harinya. Dalam program Sejuta Rumah kami, 35,5% kontrak diberikan kepada perempuan. Jadi yang dulu perempuan beli rumah tergantung suaminya, sekarang beli sendiri,” kata Nixon dalam rapat pembangunan, dikutip Sabtu (11/9/2024).

Sektor informal menyumbang sekitar 9,74% atau Rp 18 triliun. Nixon mengatakan BTN terus berupaya agar sektor ini lebih cepat dibandingkan sektor formal.

“Contohnya penata rambut Asghar, ada asosiasi tempat kami menerbitkan KPR bersubsidi. Ojek online, pekerja minimarket. Lalu ternyata tukang Masjid Istiqlal itu tidak mempunyai rumah, makanya kami berikan kontraknya. Lalu ada supir taksi besar, tukang ganti ban, gaji guru, dan sebagainya,” kata Nixon.

“Jika tidak ada program KPR bersubsidi, kemungkinan besar mereka tidak akan bisa membeli rumah,” tambah Nixon.

Namun diakuinya, Indonesia masih mempunyai permasalahan nasional, yaitu backlog kepemilikan rumah sebanyak 9,9 juta orang, dan lebih dari 50% masyarakat miskin tinggal di rumah yang tidak layak huni. Menurut PLN, angka tersebut mencapai 24 juta rumah tidak layak huni.

Riset BTN menunjukkan bahwa tantangan utama sisi permintaan perumahan di kawasan ini adalah pengumpulan data kebutuhan perumahan dengan sistem “by name, by address”, serta duplikasi peraturan terkait kewenangan pengelolaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah. pendapatan rumah tangga (MBR). Sementara dari sisi pasokan, BTN menilai masih belum ada sinkronisasi penataan wilayah antara daerah dan pusat.

Oleh karena itu, BTN terus berkontribusi kepada pemerintah agar program perumahan rakyat dapat terlaksana dalam jangka panjang, karena sektor perumahan mempunyai multiplier effect atau dampak turunan terhadap 185 subsektor lainnya yang sebagian besar merupakan subsektor padat karya.

BTN juga optimis pembangunan besar-besaran di sektor perumahan akan menciptakan lapangan kerja. Berdasarkan perhitungan BTN, setiap pembangunan satu rumah dapat mempekerjakan lima orang tenaga kerja, artinya pembangunan 100.000 rumah memerlukan 500.000 tenaga kerja per tahun.

(dce)

Tonton videonya di bawah ini:

Video: Uang muka 0% untuk rumah diperpanjang hingga 2025: manfaat bagi sektor real estate?



Artikel selanjutnya

Sedih! Warga negara Indonesia gagal menerima 30% perumahan bersubsidi di Tiongkok karena pinjaman


Post Comment