Timur Tengah Makin Membara, Perang Israel-Hizbullah Makin Menggila
Jakarta, Harian – Perang di Timur Tengah akan meningkat. Hal ini terutama berlaku dalam hubungan antara Israel dan Hizbullah, kelompok militan di Lebanon.
Setelah gelombang ledakan ratusan pager pada pekan lalu, disusul oleh perangkat komunikasi lainnya seperti walkie-talkie, yang menewaskan puluhan orang dan melukai ribuan lainnya, serta disusul serangan udara Israel terhadap 1.000 sasaran Hizbullah, Hizbullah kemarin menembakkan 100 roket yang menargetkan 1.000 sasaran Hizbullah. menembus wilayah Zionis. Puluhan roket dilaporkan menembus sistem pertahanan udara Iron Dome Israel, mendarat dan membakar gedung serta kendaraan di Haifa.
Dalam pernyataan terbarunya pada Minggu, dikutip Senin (23/9/2024), Wakil Ketua Hizbullah Naim Qassem mengatakan kelompoknya berada dalam “fase baru” dalam perjuangannya melawan Israel. Dia mengatakan ada perang terbuka.
“Kami telah memasuki fase baru, yaitu 'perhitungan terbuka' dengan Israel,” kata Qassem pada upacara peringatan komandan senior Hizbullah yang tewas dalam serangan Israel pada hari Jumat, seperti dikutip dari Reuters. AFP.
“Ancaman tidak akan menghentikan kami… Kami siap menghadapi segala kemungkinan militer,” ujarnya lagi.
Ini adalah komentar pertama dari seorang pejabat senior kelompok tersebut sejak serangan di pinggiran selatan Beirut yang menewaskan Ibrahim Aqeel, kepala unit elit Radwan Hizbullah. Serangan itu menewaskan sedikitnya 16 anggota Hizbullah, dan Kementerian Kesehatan Lebanon menyebutkan jumlah korban tewas sebanyak 45 orang, termasuk warga sipil.
“Serangan Hizbullah terhadap fasilitas produksi militer Israel dan pangkalan udara dekat Haifa di Israel utara pada hari Minggu adalah bagian dari perhitungan terbuka yang baru,” katanya lagi.
“Hanya gencatan senjata di Gaza yang akan menghentikan serangan lintas batas,” tambahnya, dikutip di halaman yang sama.
Perlu dicatat bahwa Israel sendiri mengumumkan perluasan tujuan militernya awal pekan lalu. Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk memulangkan penduduk Israel utara yang mengungsi akibat pertempuran dengan Hizbullah yang meletus setelah serangan Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023.
Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan pasukan Israel akan terus mengejar tujuan militer mereka. Dalam pernyataan yang dikeluarkan kantornya, Gallant mengatakan bahwa “Hizbullah mulai merasakan dampak dari kemampuan militer Israel.”
“Permusuhan akan terus berlanjut sampai kita mencapai titik di mana kita dapat memastikan warga Israel utara kembali dengan selamat ke rumah mereka,” katanya.
“Ini adalah tujuan kami, ini adalah misi kami, dan kami akan menggunakan cara-cara yang diperlukan untuk mencapainya,” ulangnya.
Hizbullah hampir setiap hari melancarkan serangan di daerah perbatasan dengan pasukan Israel. Kelompok yang juga merupakan organisasi politik di Lebanon dan memiliki perwakilan di parlemen ini mendukung Hamas, kelompok Palestina yang memerangi Israel.
Perang total
Kekerasan yang meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir ini menimbulkan kekhawatiran global. Negara-negara Arab dan Barat menyatakan kekhawatirannya akan terjadinya perang skala penuh.
Menteri luar negeri Mesir pada hari Minggu memperingatkan risiko perang regional skala penuh, dengan mengatakan bahwa eskalasi akan memiliki “dampak negatif” pada perundingan gencatan senjata di Gaza. Badr Abdelatti berbicara sebelum pertemuan tahunan para pemimpin dunia di PBB, meningkatkan suara negara-negara internasional untuk menyerukan Israel dan Hizbullah untuk “menarik diri dari jurang keterpurukan.”
“Ada kekhawatiran serius mengenai… kemungkinan meningkatnya situasi di kawasan yang mengarah pada perang regional skala penuh,” katanya kepada AFP di markas besar PBB, masih dikutip AFP.
Namun Mesir bersama Qatar dan Amerika Serikat (AS) memiliki tekad dan komitmen penuh untuk melanjutkan upaya mencapai kesepakatan gencatan senjata, ujarnya.
Qatar, Mesir dan Amerika Serikat telah berusaha selama berbulan-bulan untuk mencapai gencatan senjata dan kesepakatan mengenai pembebasan sandera di Jalur Gaza. Diplomat berulang kali menjadi satu-satunya cara untuk meredakan ketegangan regional.
“Semua komponen kesepakatan sudah siap,” kata Abdelatti.
“Masalahnya adalah kurangnya kemauan politik di pihak Israel,” tambahnya, menyalahkan “kebijakan provokatif” Israel atas meningkatnya permusuhan dengan Hizbullah.
“Kami telah berbicara dengan mitra regional dan internasional kami, termasuk Amerika Serikat, tentang pentingnya upaya menghentikan eskalasi dan menghentikan kebijakan sepihak dan provokatif Israel,” ujarnya.
“Konfrontasi regional tidak menguntungkan kedua belah pihak,” tambah kepala diplomat tersebut.
Uni Eropa (UE) juga mengatakan hal serupa. Blok beranggotakan 27 negara tersebut sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan dan menyerukan gencatan senjata “mendesak”.
“Perang skala penuh harus dihindari, termasuk melalui upaya mediasi diplomatik yang intensif,” kata Menteri Luar Negeri Josep Borrell.
(bos/bos)
Artikel berikutnya
PBB memperingatkan: perang baru sudah dekat
Post Comment