Trump Jadi Presiden AS, Begini Ramalan Nasib Industri Batu Bara





Bogor, Harian – PT Bukit Asam Tbk (PTBA), bagian dari BUMN Pertambangan MIND ID, menyatakan ada angin segar bagi industri batubara global pasca terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS. (KITA).

Sekretaris Perusahaan PTBA Nico Chandra mengatakan pihaknya yang juga bergerak di sektor pertambangan batu bara Indonesia berharap sektor pertambangan batu bara, khususnya sektor pertambangan batu bara, kembali “hangat” di bawah kepemimpinan Trump.

“Yang pasti dengan kondisi ke depan yang masih positif, terutama dari sisi kondisi geopolitik pasca terpilihnya Trump, nampaknya ada secercah harapan bagi industri batubara yang sebelumnya menjadi topik hangat,” ujarnya. Hal itu diungkapkannya dalam Media Gathering PTBA di Aston Bogor, dikutip Sabtu (30/11/2024).

Nico juga mengatakan industri batu bara diproyeksikan akan tumbuh subur pada masa kepresidenan Trump. Ingat, Trump yang memimpin Amerika Serikat pada 2016-2020 cenderung mendukung sektor energi fosil dan komoditas.

PTBA sendiri saat ini merupakan salah satu perusahaan pertambangan batu bara di Indonesia. Sedangkan Indonesia sendiri saat ini menjadi salah satu negara dengan produksi batu bara terbesar di dunia.

“Dalam tatanan global, sebenarnya dengan politik, kalau kita lihat terpilihnya Trump ya, semuanya akan sama seperti periode sebelumnya, industri batu bara relatif sukses,” imbuhnya.




dok-pt-bukit-asam-tbk_169 Trump Jadi Presiden AS, Begini Ramalan Nasib Industri Batu BaraFoto: Dermaga PT Bukit Assam Tbk
Dok PT Bukit Assam Tbk

Nico menjelaskan total cadangan batu bara PTBA saat ini mencapai 5,85 miliar ton. Secara khusus, pihaknya menguasai 5 wilayah pertambangan batu bara.

Pertama, cadangan tambang Tanjung Enim sebanyak 5,05 miliar ton. Berikutnya adalah tambang Peranap dengan sumber daya 0,67 miliar ton. Kemudian tambang Ombilin dengan sumber daya mencapai 0,1 miliar ton. Ada pula tambang IPC-Batunas dan Bukit Kendi yang memiliki cadangan batu bara masing-masing sebesar 0,02 miliar ton dan 0,001 miliar ton.

“Nah, 5 miliar ton ini menjadi tantangan bagi kita untuk bisa memanfaatkannya dan tentunya bagaimana menyediakan energi untuk ketahanan energi nasional,” ujarnya.

Meski demikian, Nico berharap hal ini bisa menjadi angin segar bagi industri batu bara, termasuk di Indonesia, namun ia menegaskan pihaknya tetap mendorong program daur ulang batu bara di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan langkah Presiden RI Prabowo Subianto untuk memberikan nilai tambah bagi negara, salah satunya terkait sektor pertambangan.

“Jadi dari pertambangan, kita punya anak perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, dan diakhiri dengan pengolahan, jadi kita sudah punya beberapa bidang usaha yang mencakup pengolahan, khususnya di pembangkit listrik tenaga uap,” imbuhnya.

Sementara itu, Niko menjelaskan, kebutuhan batu bara dalam negeri diperkirakan akan terus tumbuh ke depan.

Dia mengatakan, proyeksi peningkatan kebutuhan batu bara dalam negeri didorong oleh peningkatan konsumsi listrik oleh PT PLN (Persero) dan rencana program pembangunan 3 juta rumah.

“Dari segi pertumbuhan dan sebagainya ya, kami selalu merencanakan pertumbuhan yang positif,” ujarnya.

(untuk)

Tonton videonya di bawah ini:

Utang RI Capai Rp8,560 Triliun Hingga Trump Siap Perang Tarif



Artikel selanjutnya

RI Coal diubah menjadi komponen baterai untuk kendaraan listrik: begini prosesnya


Post Comment