Untung-Buntung Indonesia Masuk Geng Rusia-China



menter-luar-negeri-sugino-hadiri-ktt-brics-plus-intagramsugiono56-1_169 Untung-Buntung Indonesia Masuk Geng Rusia-China




Jakarta, Harian – Sejumlah ahli angkat bicara mengenai dampak positif dan negatif dari keputusan Indonesia menjadi mitra forum kerja sama BRICS.

Ada yang berpendapat bahwa langkah tersebut akan memberikan dampak positif, khususnya terhadap perekonomian Indonesia, namun ada pula yang berpendapat bahwa keputusan Indonesia tidak akan berdampak banyak.

Pakar hukum bisnis dan perdagangan internasional Ariawan Gunadi meyakini dengan bergabungnya BRICS, Indonesia akan mampu memperluas pasar ekspornya. Solusi ini, kata dia, bisa menjadi alternatif ketika sulit mengekspor beberapa produk unggulan Indonesia ke Eropa.

“BRICS memungkinkan Indonesia memperluas pasar ekspornya,” kata Aryawan di Squawk Box Harian, Jumat (25/10/2024).

Aryawan mengatakan dengan bergabungnya BRICS, Indonesia juga akan dapat mengakses investasi dan pembiayaan proyek infrastruktur. Menurutnya, akses terhadap pembiayaan ini bisa terjadi karena BRICS memiliki lembaga keuangan sendiri – New Development Bank (NDB).

“NDB bisa mendukung proyek investasi, apalagi kita sedang membangun banyak infrastruktur,” ujarnya.

Lebih lanjut, Aryawan mengatakan dengan bergabungnya BRICS, Indonesia akan mampu memanfaatkan keunggulan komparatifnya dibandingkan anggota lainnya. Indonesia juga dapat merestrukturisasi kebijakan perdagangan internasional dan memperkuat peran diplomatiknya, katanya.

“Dari segi kemauan politik, Indonesia dapat memperkuat peran diplomasinya dengan menjadi anggota BRICS,” ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Sugiono mengatakan Indonesia telah resmi mengajukan permohonan bergabung dengan BRICS. Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Sugiono pada konferensi tingkat tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia.

BRICS adalah blok ekonomi yang mencakup negara-negara berkembang. Nama BRICS diambil dari lima negara pendirinya yaitu Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Tujuan forum ini adalah untuk mengkoordinasikan dan meningkatkan produktivitas anggotanya agar setara dengan negara maju.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damhuri justru memberikan opini negatif terhadap langkah Indonesia. Ia menilai Indonesia tidak perlu lagi menjadi anggota BRICS karena sudah menjadi anggota G20 yang secara ekonomi lebih besar dibandingkan BRICS.

“Indonesia adalah anggota G20, kita sebenarnya tidak membutuhkan platform baru untuk menjadi saluran di tingkat global,” ujarnya.

Kondisi Indonesia berbeda dengan mitra BRICS ASEAN lainnya seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia, ujarnya. Yose mengatakan, ketiga negara tetangga tersebut bukan anggota G20 sehingga perlu mencari saluran diplomasi di tingkat global.

Untuk itu, Yose menilai Indonesia harus mendorong negara ASEAN lainnya untuk menjadi anggota G20. Daripada mengikuti langkah negara-negara ASEAN untuk bergabung dengan kelompok BRICS.

“Kita harus berusaha untuk tidak menjadi bagian dari kelompok yang tujuannya mungkin belum diketahui,” katanya.

(rsa/haa)

Tonton videonya di bawah ini:

Video: Lawan Barat! Putin mengatakan bahwa 30 negara sedang “mengantri” untuk bergabung dengan BRICS



Artikel berikutnya

Menko Airlangga: Level Jakarta setara dengan negara maju


Post Comment