Inilah sebabnya mengapa orang Indonesia menyebut orang asing dengan sebutan 'Bule'.

ilustrasi-bekerja-jarak-jauh_169 Inilah sebabnya mengapa orang Indonesia menyebut orang asing dengan sebutan 'Bule'.




Harian, – Orang Indonesia biasa menyebut orang asing dengan sebutan “peregrin”. Kata “kaukasia” biasanya berarti orang berkulit putih, terutama orang Eropa dan Amerika, atau orang Barat.

Penggunaan istilah ini saat ini telah berlangsung selama beberapa generasi tanpa mengetahui alasan mereka menyebut orang asing berkulit putih. Lalu mengapa kebiasaan ini dilakukan?

Penggunaan kata “caucasian” untuk menyebut orang berkulit putih memang tidak mudah. Ilmuwan Tom Popensky mengatakan bahwa kata “Bule” sudah termasuk dalam hal tersebut pada tahun 1952. Hal ini dibuktikan dengan tulisan di W. le Febre yang tertulis. Taman Siswa : Tidak ada rasa percaya pada kemampuan diri sendiri untuk berkembang (1952). Artikel tersebut memuat kata-kata “wong bule (orang kulit putih”) yang merujuk pada ras yang menimpa orang kulit putih pada masa revolusi kemerdekaan.

“…

Namun popularitas “bule” di kalangan masyarakat Indonesia diduga menyebar berkat upaya seorang Indonesia bernama Benedict Anderson dari Inggris.

Dalam hidupnya yang tertulis Tinggal di luar Shell (2016), Ben mengaku sebagai orang pertama yang mempopulerkan kata “caucasian” sebagai sebutan untuk orang berkulit putih.

“Sayalah yang mempopulerkan arti baru istilah tersebut (merah, bule) pada tahun 1962 dan 1963,” ujarnya.

Alasan Ben merasa ingin mengganti gelarnya didasari oleh perasaan tidak nyamannya dipanggil Tuan oleh orang Indonesia saat berkunjung ke Indonesia sekitar tahun 1962 dan 1963. Saat itu masyarakat Indonesia masih tenggelam dalam kebiasaan kolonial dan dianggap asing. menjadi lebih unggul. Namun ada banyak orang luar yang menganggap diri mereka lebih unggul dan layak dihormati.

Oleh karena itu, ketika bertemu dengan orang asing, orang Indonesia merasa minder dan cenderung tunduk.

“Beberapa orang sepertinya sujud kepada mahasiswa asing murahan ini hanya karena warna kulitnya,” kata Ben.

Sebagai solusinya, Ben kemudian meminta kepada masyarakat Indonesia yang melihatnya untuk tidak menyebut dirinya Tuan atau Putih, melainkan dengan nama “Bule”.

Kata “Bule” sendiri biasa digunakan masyarakat Indonesia untuk menyebut hewan berkulit albino, seperti “kerbau bule” di Kesultanan Yogyakarta.

“Saya bilang, teman-teman muda saya harusnya diberi nama bule, bukan berkulit putih,” ujarnya.

Makanya, teman-teman Ben pun senang dan menyebarkannya di berbagai media populer. Perlahan tapi pasti masyarakat Indonesia mengikuti perubahan tersebut dan menyebut orang kulit putih sebagai “bule”.

Bahkan bagi orang asing, nama “peregrine” dianggap rasis. Benedict Anderson mengenali teman-temannya sepuluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 1970-an, yang memprotes bahwa ia telah menyebarkan berita tersebut. Namun Ben enggan memprotes bahwa dirinya adalah orang asing berkulit putih sehingga pantas disebut orang asing.

Hingga kata terakhir dalam bahasa Indonesia menjadi keseharian.

(mfa/mfa)

Lihat di bawah:

Video: Parle Resto & Cafe, Tingkatkan Pengalaman Kuliner Indonesia!

Terimakasih

Post Comment