Studi Ungkap Bunuh Diri Kebanyakan di Hari Minggu, Kenapa?
Harian, – Analisis global menunjukkan bahwa sebagian besar kematian akibat bunuh diri lebih sering terjadi pada hari Jumat dibandingkan hari lain dalam seminggu. Selain itu, risiko bunuh diri juga meningkat pada hari Tahun Baru.
Disimpulkan dari Eberita uroHasil analisis global mengenai bunuh diri telah ditemukan selama hampir empat dekade, sementara semua negara melihat risiko bunuh diri pada hari Senin, terdapat juga perbedaan regional di seluruh dunia.
Menurut penelitian yang dipublikasikan BMJ dan 1,7 juta kasus bunuh diri di 26 negara dari tahun 1971 hingga 2019, dengan kasus yang berakhir seumur hidup di Amerika Utara; Asia; dan Eropa lebih jarang pada akhir pekan. Sebaliknya, kematian pada akhir pekan justru meningkat di Amerika Selatan dan Tengah; Finlandia; dan Afrika.
Sedangkan negara-negara Eropa yang masuk dalam penelitian ini adalah Republik Ceko, Estonia, Finlandia, Jerman, Italia, Rumania, Spanyol, Swiss, dan Inggris.
Masih belum jelas apa yang mendorong tren ini. Namun, penulis penelitian mengatakan bahwa peningkatan tekanan kerja di awal minggu, konsumsi alkohol selama akhir pekan, dan isolasi sosial menjelang liburan, terutama bagi pria, mungkin menjadi faktor penyebabnya.
Asisten profesor psikologi sosial di Universitas Nottingham, Brian O'Shea, menjelaskan bahwa peningkatan risiko bunuh diri di hari Tahun Baru antara lain disebabkan oleh rasa takut atau cemas yang terkadang dialami.
“Mungkin hal yang paling logis adalah orang-orang akan minum lebih banyak dari biasanya di Tahun Baru. Jika Anda sudah mengalami penarikan emosional dan fisiologis dari pecandu alkohol, hal ini bisa menjadi lebih buruk dan berpotensi membuat Anda kewalahan,” kata O. Shea, dikutip Kamis (24/10/2024).
“Risikonya mungkin sangat parah bagi laki-laki yang cenderung minum lebih banyak dan memiliki jaringan sosial yang lebih lemah dibandingkan perempuan,” tambahnya.
Tingkat risiko kematian pada Tahun Baru juga bergantung pada masing-masing negara, dengan tingkat kelemahan risiko yang paling tinggi terdapat di Jepang dan Chile.
Para peneliti juga telah meneliti dampak Tahun Baru Imlek di Tiongkok, Korea Selatan, dan Taiwan. Alhasil, risiko bunuh diri di Korea Selatan baru turun pada hari itu juga.
Hingga saat ini, belum ada kesimpulan global mengenai risiko bunuh diri di Hari Natal. Angka kematian cenderung meningkat pada Hari Natal di negara-negara Amerika Tengah dan Selatan serta Afrika Selatan. Namun jumlahnya menurun di negara-negara Amerika Utara dan Eropa.
Angka kematian umumnya sedikit menurun pada hari libur nasional lainnya, meski terkadang meningkat satu atau dua hari setelahnya.
Para penulis komentar tersebut mengatakan bahwa keluarga yang lebih besar dan ikatan sosial dapat membantu menjelaskan rendahnya risiko bunuh diri selama liburan, namun penelitian lebih lanjut diperlukan karena tingkat bunuh diri sangat berbeda antar negara.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Bunuh Diri
Psikolog gelap dan peneliti pencegahan bunuh diri di Paracelcus di Universitas Kedokteran Austria, Martin Ploderl menjelaskan faktor-faktor seperti alkohol, kesepian, dan stres kerja juga bisa menjadi kurang atau lebih penting di beberapa negara menurut keyakinan agama, hari libur besar, dan ekspektasi sekitarnya. kerja adalah kehidupan.
“Kita perlu melihat lebih dekat berbagai faktor sosio-kultural di berbagai negara,” kata Ploderl.
Sebelumnya, tren serupa juga terjadi di Austria. Hasilnya, ia menemukan bahwa angka bunuh diri meningkat pada hari Senin di musim semi dan musim panas, dan setelah hari libur besar.
Namun, tren kematian menurun menjelang akhir pekan dan memasuki bulan Desember, mencapai tingkat terendah pada Natal sebelum mencapai puncaknya pada Tahun Baru.
“Studi baru ini adalah salah satu studi pertama yang mengambil perspektif global mengenai hal ini,” kata Ploderl.
Dia mengatakan di atas bahwa temuan liburan mungkin tidak terlalu relevan dengan kesehatan mental klinis dan program pencegahan bunuh diri, namun memahami liburan mana yang membawa risiko bunuh diri lebih besar dapat membantu menyesuaikan upaya tersebut.
Sementara itu, O'Shea mengatakan hasil ini dapat memperkuat argumen untuk menambah staf saluran telepon panas pencegahan kematian dan sumber daya darurat lainnya pada saat berisiko tinggi, seperti Hari Tahun Baru.
“Jika kita mengetahui hal ini pada tingkat epidemiologi atau populasi, maka kita dapat menyediakan sumber daya untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan masyarakat,” kata O'Shea.
“Ini dapat membantu mengurangi kematian [akibat bunuh diri]” tutupnya.
(rns/rns)
Artikel selanjutnya
Bali Catat Angka Bunuh Diri Tertinggi di Indonesia, Ada Apa?
Terimakasih
Post Comment