Profil Rudy Keltjes Legenda Sepakbola Indonesia yang Meninggal di Usia 74 Tahun
, Jakarta – Legenda sepak bola Indonesia dan mantan pemain Persebaya Surabaya Rudi William Kelges meninggal dunia di Surabaya sekitar pukul 12.30 WIB pada Rabu 23 Oktober 2024. Informasi meninggalnya mantan pemain timnas Indonesia era 1979 dan 1983 itu dibenarkan pihak Gresik saat ini. Komposisi bersatu. Tim ini dipimpin oleh anak-anak. Rudy KeltjesStefan Keltjes.
“Nyonya CEO menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya ayah Pelatih Stefan. Ia mengarahkan seluruh jajaran manajemen, pemain, dan staf pelatih untuk memberikan penghormatan di rumah duka. Kami memberi Pelatih Stefan waktu sefleksibel mungkin untuk berduka,” kata perwakilan media. Gresik Bersatu Iksan, seperti diberitakan Di antara di Surabaya, Rabu 23 Oktober 2024
Selain itu, Persebaya Surabaya juga menyampaikan belasungkawa kepada mantan pemain dan pelatih tersebut. “Selamat tinggal, Paman Rudy William Keltjes. Semasa hidupnya, almarhum merupakan sosok besar di Surabaya bahkan sepak bola Tanah Air. Ia pernah menjadi pemain dan pelatih tim Persebaya dan Niak Mitra. Katur Pamungkas dan Rizki Dwi yang saat ini tergabung dalam tim Persebaya pernah dilatih Om Rudy sebagai bagian Jatim di PON Papua 2021. Terima kasih Om Rudy atas kiprahnya, istirahatlah dengan tenang,” tulis akun resmi klub @officialpersebaya. .
Tindakan Rudi Keltjes
Rudi William Keltjes adalah pesepakbola kelahiran 12 Februari 1952 di Situbondo, Jawa Timur. Ia dikenal sebagai “Franz Beckenbauer Indonesia” karena permainannya yang lugas di lapangan. Ia memulai karirnya di klub lokal sebelum akhirnya bergabung dengan klub lokal Surabaya, Suryanaga.
Rudy mengawali karir profesionalnya saat pindah ke Persebaya Surabaya yang saat itu bermain di United League. Bersama Persebaya, Rudy berhasil meraih Union Champion Trophy 1977 dan menjadi pemain terbaik. Pada laga final di Stadion Gelora Bung Karno, Rudy mencetak gol penentu kemenangan Bajol Ijaw atas Persia Jakarta.
Rudi dikenal sebagai gelandang bertahan dengan visi, penguasaan bola, dan stamina fisik yang baik. Selama berada di klub tersebut, ia berhasil menarik perhatian para pelatih dan fans dengan performanya yang konsisten, kerap menjadi pemain kunci di pertandingan-pertandingan penting.
Setelah berhasil menarik Baiul Ijo menjadi juara, Rudi Udi diangkat menjadi pegawai Dologa (sekarang Bulog) Jawa Timur. Namun Rudy sebelumnya telah menerima tawaran Niak Mitra yang aktif berkompetisi di Galatama pada 1979.
Bersama Niak Mitra, nama Rudi Keltjes semakin mencuat dengan berhasil meraih dua trofi juara Galatama pada musim 1980–1982 dan 1982–1983. Sebelumnya di kancah internasional, Niak Mitra juga pernah meraih gelar juara pada Turnamen bergengsi Aga Khan di Bangladesh pada tahun 1979.
Kesuksesan Rudy memberinya kesempatan memperkuat tim Indonesia di SEA Games 1979 dan 1983. Debutnya di timnas menandai langkah besar dalam karirnya, dimana ia mengikuti berbagai turnamen internasional.
Setelah menyelesaikan karir bermainnya, Rudy melanjutkan karirnya sebagai pelatih. Sejumlah tim seperti Persebaya, Persipura, dan PSM Makassar pernah ia tangani. Di Persebaya, ia dua kali diberi kesempatan melatih tim pada kompetisi Liga Bank Mandiri VII musim 2000/01 dan sepuluh laga sisa Liga Super Indonesia musim 2009/2010.
Di Liga VII Bank Mandiri, Karwoto Sumoprawiro, manajer Persebaya Surabaya saat itu, menunjuk Rudy untuk melatih Bejo Sugiantoro dll. Namun, tim tersebut kalah dari Persia Jakarta 2-1 di semifinal. Saat kembali melatih Persebaya di sisa laga ISL 2009/2010, ia tak mampu memperbaiki performa Bajul Ijaw hingga terpaksa turun ke peringkat 17 klasemen akhir.
Tak hanya itu, Rudy juga menjadi pelatih Timnas Indonesia U-22 pada tahun 2014. Salah satu momen penting dalam karir kepelatihannya adalah penolakan tawaran melatih timnas dewasa pada 2016, meski ia dinilai sukses menjadi pelatih timnas U-22.
ANANDA RIDHO SULISTHA | ANTARA | SEJARAH PERSEBAYA.COM
Pilihan Editor: Mantan asisten pelatih Timnas Indonesia Edi Paryono meninggal dunia
Post Comment