Apa itu Bashe? Hacker Ransomware yang berusaha mengambil data BRI



Nasabah-BRI-Resah-140318-pf Apa itu Bashe? Hacker Ransomware yang berusaha mengambil data BRI

Jakarta (HARIAN) – Baru-baru ini grup perangkat lunak perusak dikenal dengan namanya Bukan ransomware menarik perhatian publik. Kelompok ini diduga melancarkan serangan siber terhadap salah satu bank BUMN terkemuka di Indonesia, yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI).

Serangan kelompok Bukan ransomware sering kali diserang melalui komputer atau server yang berisi data sensitif milik siapa pun, termasuk lembaga pemerintah.

Kabar serangan Bashe Ransomware yang diyakini menyasar BRI awalnya mulai tersebar melalui postingan akun @FalconFeedsio di X yang berbunyi:Peringatan Ransomware. Bank Rakyat Indonesia, menjadi korban Bashe Ransomware” atau dalam bahasa Indonesia teksnya berarti “Peringatan Ransomware”. Bank Rakyat Indonesia telah menjadi korban ransomware Bashe.”

Namun menyusul kejadian mengejutkan tersebut, Arga M. Nugraha, Chief Digital and Information Officer BRI, mengatakan data dan tabungan nasabah dijamin aman. Seluruh sistem perbankan BRI termasuk BRImo, Qlola dan ATM/CRM beroperasi normal.

Meskipun kebenaran lengkapnya belum dapat dikonfirmasi, banyak orang yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang grup Bashe Ransomware. Oleh karena itu dibawah ini penjelasan mengenai apa itu Bache yang dirangkum dari berbagai sumber.

Baca juga: Masalah Kebocoran Data BPJS dan Kedaulatan Siber Indonesia

Temui Bache

Bashe adalah sekelompok ransomware yang baru akan muncul di dunia maya pada tahun 2024 sebagai ancaman bagi siapa pun. Bashe sebelumnya dikenal sebagai APT73 atau Eraleig sebagai sebuah grup. Ancaman terus-menerus tingkat lanjut (TEPAT).

Dapat dipastikan bahwa Bashe menganggap dirinya sebagai APT dengan tujuan yang sama dengan ransomware. Tujuan Bache adalah mendapatkan keuntungan finansial dengan mengeksploitasi kelemahan sistem dan data sensitif lainnya menggunakan jaringan Tor atau Data anonim. Situs kebocoran (DLS) untuk memeras target.

APT di Bashe dapat diartikan sebagai jenis serangan cyber yang cukup kompleks, yang biasanya direncanakan secara detail oleh suatu kelompok agar terkendali, sekaligus memiliki kekuatan sumber daya yang besar.

Tak hanya itu, grup Bashe Ransomware memiliki strategi peretasan yang mirip dengan LockBit. Namun meski grupnya serupa, ada klaim bahwa grup tersebut dipisahkan dari LockBit karena pendapatannya berdasarkan DLS.

Sasaran Bashe Ransomware sudah tersebar di seluruh dunia, mulai dari Amerika Utara, Perancis, Jerman, Inggris, Australia dan India. Kelompok ini menyasar setiap sektor yang dinilai mempunyai nilai tinggi, terutama dari sisi teknologi, manufaktur, dan industri keuangan (perbankan).

Baca juga: Undip Hack Pastikan Data Calon Mahasiswa Mandiri Tetap Aman

Konsekuensi dari serangan Bashe Ransomware

Serangan yang dilakukan kelompok Bashe Ransomware jelas menimbulkan kerugian besar bagi semua pihak. Modus operandi kelompok ini biasanya ditandai dengan menghancurkan dan memblokir seluruh akses ke seluruh data penting lembaga sehingga masalahnya tidak dapat ditemukan kecuali terjadi proses transaksi tebusan.

Setiap kejadian berbahaya pasti mempunyai banyak konsekuensi. Berikut beberapa akibat dari serangan Bashe Ransomware:

  1. Sistem tidak dapat dikelola atau diakses dengan benar.
  2. Ada ancaman pihak yang diserang akan membayar uang tebusan.
  3. Serangan tersebut mengakibatkan kebocoran data, termasuk informasi rahasia dan kata sandi.
  4. Reputasi perusahaan yang diserang rusak.
  5. Gangguan operasional besar bagi para korban.
  6. Data penting tidak dapat dikembalikan ke keadaan semula.

Baca juga: PHRI: Sejumlah Hotel di Kepri Jadi Korban Peretasan

Baca Juga: Indodax Diretas Hacker Korea Utara, Pastikan Keamanan Aset Pesertanya

Reporter: Sean Anggiateda Sitorus.
Redaktur: Surianto
ANTARA

Post Comment